HUKUM ISBAL DALAM PANDANGAN ULAMA DAN HADIS-HADIS TENTANG ISBAL

Oleh : Ahmad Hasanuddin Umar *) HalaQah - ISBAL, memanjangkan kain hingga menutupi mata kaki, bagaimana hukumnya berdasarkan dal...



Oleh : Ahmad Hasanuddin Umar *)

HalaQah - ISBAL, memanjangkan kain hingga menutupi mata kaki, bagaimana hukumnya berdasarkan dalil-dalil yang ada…? 

Semua ulama sepakat bahwa hukum isbal jika disertai dengan kesombongan adalah haram, tidak ada satupun ulama menyelisihi pendapat haramnya isbal yang diserati dengan kesombongan, bahkan ini termasuk dosa besar, pandang ini didasari oleh hadis Nabi SAW berikut ;

عَنْ أَبِي ذَرٍّ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ ثَلَاثَةٌ لَا يُكَلِّمُهُمْ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلَا يَنْظُرُ إِلَيْهِمْ وَلَا يُزَكِّيهِمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ قَالَ فَقَرَأَهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثَلَاثَ مِرَارًا قَالَ أَبُو ذَرٍّ خَابُوا وَخَسِرُوا مَنْ هُمْ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ الْمُسْبِلُ وَالْمَنَّانُ وَالْمُنَفِّقُ سِلْعَتَهُ بِالْحَلِفِ الْكَاذِبِ. (رواه مسلم كتاب الإيمان  باب  بيان غلظ تحريم إسبال الإزار والمن بالعطية وتنفيق)

Artinya : Dari Abu Dzar dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Tiga golongan manusia yang Allah tidak akan mengajak mereka bicara pada hari kiamat, tidak melihat mereka, tidak mensucikan dosanya dan mereka akan mendapatkan siksa yang pedih." Abu Dzar berkata lagi, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam membacanya (mengatakannya) tiga kali. Abu Dzar berkata, "Mereka gagal dan rugi, siapakah mereka wahai Rasulullah?" Beliau menjawab, "Orang yang melakukan isbal (memanjangkan pakaian melebihi mata kaki), orang yang suka memberi dengan menyebut-nyebutkannya (karena riya'), dan orang yang membuat lakubarang dagangan dengan sumpah palsu." (HR. Muslim dalam pembahasan tentang Iman bab Penjelasan tentang haramnya Isbal dalam mengenakan sarung dan menungkit-ungkit pemberian dan sedekah)

عَنْ حُذَيْفَةَ قَالَ أَخَذَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِعَضَلَةِ سَاقِي أَوْ سَاقِهِ فَقَالَ هَذَا مَوْضِعُ الْإِزَارِ فَإِنْ أَبَيْتَ فَأَسْفَلَ فَإِنْ أَبَيْتَ فَلَا حَقَّ لِلْإِزَارِ فِي الْكَعْبَيْنِ . (رواه الترمذي كتاب اللباس عن رسول الله باب في مبلغ الإزار)

Artinya : Dari Hudzaifah Radhiyallaahu 'Anhu berkata; Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam memegang betisku dan bersabda: "Ini adalah batas pakaian, jika engkau tidak mau (sampai setengah betis) maka boleh dibawahnya sedikit, dan jika engkau tidak mau, maka tidak diperbolehkan pakaian melebihi mata kaki." (HR. At-Tirmidzi Kitab tentang Pakaian bab batasan yg dibolehkan dalam memakai sarung).

Imam at-Tirmidzi menjelaskan bahwa derajat hadis ini adalah hadis hasan shahih.

*** ***

BAGAIMANA HUKUM ISBAL YANG TIDAK DIBARENGI DENGAN KESOMBONGAN… ??? 

Para ulama berbeda pandangan terkait hukum isbal yang tidak disertai kesombongan ini, secara garis besar, ada dua pendapat, kelompok pertama pendapat yang mengatakan bahwa isbal hukumnya haram secara mutlaq, dan yang kedua mengatakan haram dengan syarat ada kesombongan, sedangkan jika tidak disertai sombong maka makruh hukumnya melakukan isbal.

DALIL-DALI PANDANGAN PERTAMA YANG MENGHARAMKAN SECARA MUTLAQ.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا أَسْفَلَ مِنْ الْكَعْبَيْنِ مِنْ الْإِزَارِ فَفِي النَّارِ. (رواه البخاري كتاب اللباس باب ما أسفل من الكعبين فهو في النار)

Artinya : Dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam beliau bersabda: "Barangsiapa menjulurkan kain sarungnya hingga dibawah mata kaki, maka tempatnya adalah neraka." (HR. Bukhari Kitab tentang Pakaian bab Apa yang dibawah kaki adalah bagian neraka)

Selain Imam Bukhari, hadis diatas juga diriwayatkan oleh Imam an-Nasai dalam kitab Sunannya dan oleh Imam Ahmad dalam kitab Musnadnya.

KASUS ABDULLAH BIN UMAR DITEGUR OLEH NABI SAW KARENA ISBAL

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ عَقِيلٍ عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ كَسَانِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حُلَّةً مِنْ حُلَلِ السِّيَرَاءِ أَهْدَاهَا لَهُ فَيْرُوزُ فَلَبِسْتُ الْإِزَارَ فَأَغْرَقَنِي طُولًا وَعَرْضًا فَسَحَبْتُهُ وَلَبِسْتُ الرِّدَاءَ فَتَقَنَّعْتُ بِهِ فَأَخَذَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِعَاتِقِي فَقَالَ يَا عَبْدَ اللَّهِ ارْفَعْ الْإِزَارَ فَإِنَّ مَا مَسَّتْ الْأَرْضُ مِنْ الْإِزَارِ إِلَى مَا أَسْفَلَ مِنْ الْكَعْبَيْنِ فِي النَّارِ قَالَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدٍ فَلَمْ أَرَ إِنْسَانًا قَطُّ أَشَدَّ تَشْمِيرًا مِنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ. (رواه أحمد)

Artinya : dari Abdullah bin Muhammad bin Aqil dari Ibnu Umar dia berkata, Pernah Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam memberiku kain bergaris bersulam sutera, bekas pemberian Fairuz untuk nabi. Kain itu aku gunakan untuk sarung. Namun terlalu panjang dan lebar. Dengan terpaksa kain saya seret. Kemudian saya memakai sorban, kujadikan sebagai penutup kepala. Kontan Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam memegang pundakku seraya bersabda: "Wahai Abdullah, angkatlah kain itu. Karena segala kain yang menyentuh tanah hingga bawah kedua mata kaki akan (menyebabkan kamu masuk) dalam neraka." Abdullah bin Muhammad berkata, "Semenjak itu saya tidak pernah melihat seorangpun manusia yang lebih menyingsingkan kain sarungnya daripada Abdullah bin Umar. (HR. Ahmad)

NASEHAT NABI SAW KEPADA ABU JURAY JABIR BIN SULAIM, SALAH SATUNYA TENTANG LARANGAN ISBAL

عَنْ أَبِي جُرَيٍّ جَابِرِ بْنِ سُلَيْمٍ قَال : عن رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  قَالَ : 

لَا تَسُبَّنَّ أَحَدًا قَالَ فَمَا سَبَبْتُ بَعْدَهُ حُرًّا وَلَا عَبْدًا وَلَا بَعِيرًا وَلَا شَاةً 

قَالَ وَلَا تَحْقِرَنَّ شَيْئًا مِنْ الْمَعْرُوفِ 

وَأَنْ تُكَلِّمَ أَخَاكَ وَأَنْتَ مُنْبَسِطٌ إِلَيْهِ وَجْهُكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنْ الْمَعْرُوفِ 

وَارْفَعْ إِزَارَكَ إِلَى نِصْفِ السَّاقِ فَإِنْ أَبَيْتَ فَإِلَى الْكَعْبَيْنِ وَإِيَّاكَ وَإِسْبَالَ الْإِزَارِ فَإِنَّهَا مِنْ الْمَخِيلَةِ وَإِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمَخِيلَةَ 

وَإِنْ امْرُؤٌ شَتَمَكَ وَعَيَّرَكَ بِمَا يَعْلَمُ فِيكَ فَلَا تُعَيِّرْهُ بِمَا تَعْلَمُ فِيهِ فَإِنَّمَا وَبَالُ ذَلِكَ عَلَيْهِ. 

(رواه أبو داود في الفصل اللباس باب  ما جاء في إسبال الإزار)

Artinya : Dari Abi Juray Jabir bin Sulaim ia berkata : Dari Rasulullah SAW Beliau bersabda: 

"Jangan sekali-kali engaku cela orang lain." Jabir bin Sulaim berkata, "Setelah itu aku tidak pernah mencela seorang pun; orang merdeka atau budak, unta atau kambing." 

Beliau bersabda lagi: "Janganlah engkau remehkan perkara ma'ruf, 

berbicaralah kepada saudaramu dengan wajah yang penuh senyum dan berseri, sebab itu bagian dari perkara yang ma'ruf. 
Angkatlah sarungmu hingga setengah betis, jika kamu enggan maka angkatlah hingga diatas kedua mata kaki. Dan janganlah engkau julurkan sarungmu karena itu bagian dari sifat sombong, sesungguhnya Allah tidak menyukai sifat sombong. 

Jika ada seseorang yang mencela dan memakimu karena cela yang ia ketahui darimu, maka janganlah engkau balas memaki karena cela yang engkau ketahui padanya, karena hal itu akan memberatkannya (pada hari kiamat)."

((HR. Abu Dawud dalam fasal tentang pakaian bab Isbal pada sarung)

PENJELASAN RINGKAS

Hadis diatas menjelaskan tentang nasehat Nabi SAW kepada seorang sahabat bernama Abu Juray Jabir bin Sulaim.

Perhatikanlah nasehat ke-4 beliau, terkait dengan masalah ISBAL. Apa kata baginda Nabi SAW soal isbal ini…???

Beliau berkata menjulurkan kain dibawah mata kaki atau isbal adalah bagian dari kesombongan, dan Allah tidak menyukai sifat sombong.

Berdasarkan hadis-hadis diatas, maka sebagian ulama berpendapat bahwa isbal itu hukumnya haram secara mutlaq, siapa saja yang cenderung kepada pendapat ini… ???, diantaranya adalah Imam al-Iraqi ibnu al-Arabiy dalam kitab 'Aaridhatul Ahwadzi Syarh Sunan At-Tirmidzi, Imam adz-Dzahabi dalam kitab Syairu A'laami an-Nubaala, Ibnu Hajar al-Asqalani dalam kitab Fathul Baari, dan Imam Syihabuddin al-Qarafi dalam kitab Syarhu at-Tahdzib.

Sedangkan ulama.kontemporer yang berpandangan bahwa isbal itu hukumnya haram secara mutlak adalah Syeikh Abdul Azis bin Baz, Syeikh Muhammad bin Shaleh al-Utsaimin, Syeikh Ibnu Jibrin dan Syeikh Shaleh al-Fauzan, ulama-ulama yang bergabung di Komisi Fatwa Tetap Arab Saudi.

*** ***

DALIL-DALIL PARA ULAMA YANG BERPANDANGAN BAHWA ISBAL TIDAK HARAM KECUALI JIKA DISERTAI KESOMBONGAN

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : 

مَنْ جَرَّ ثَوْبَهُ خُيَلَاءَ لَمْ يَنْظُرْ اللَّهُ إِلَيْهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ 

فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ إِنَّ أَحَدَ شِقَّيْ ثَوْبِي يَسْتَرْخِي إِلَّا أَنْ أَتَعَاهَدَ ذَلِكَ مِنْهُ 

فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّكَ لَسْتَ تَصْنَعُ ذَلِكَ خُيَلَاءَ. 

(روا البخاري في كتاب المناقب)

Artinya : Dari Abdullah bin 'Umar radliallahu 'anhu berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

"Siapa yang menjulurkan pakaiannya karena kesombongan maka Allah tidak akan melihat kepadanya pada hari qiyamat". 

Kemudian Abu Bakr berkata;

"Sesungguhnya sebelah dari pakaianku terjulur kecuali bila aku memeganginya (mengangkatnya) ". 

Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkata: "Sesungguhnya kamu melakukan itu bukan bermaksud sombong". 

(HR. Bukhari dalam Kitab Shahihnya tentang al-Manaqib)

Dari dalil ini sebagian ulama berpandangan bahwa isbal itu hukumnya TIDAK HARAM KECUALI JIKA DISERTAI DENGAN KESOMBONGAN.

Diantara ulama yang berpandangan dengan pendapat ini adalah Imam Syafi'i dan Imam Ahmad, ada juga sebagian ulama mazhab maliki, yang bernama Sulaiman bin Khalaf al-Baaji dalam kitab al-Muntaqa Syarh al-Muwattha, Imam an-Nafrawi dalam kitab al-Fawaqih ad-Dawani ala risalah Ibni Abi Zaid al-Qirwani. Sedangkan dari kalangan Mazhab Syafi'iyah diantaranya adalah ; Imam Nawawi, Syeikh Zakariya al-Anshari, dan Imam Syihabuddin ar-Ramli dan al-Hafizh Ibnu Hajar al-Haitami.

Sedangkan dari Mazhab Hanabilah, ada Ibnu Qudamah dalam kitab al-Mughni, Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam kitab Syarhul Umdah, dan Ar-Ruhaibani dalam kitab Mathalibu Ulin Nuhaa, Ibnu Muflih dalam kitan al-Adab as-Syar'iyah, dan al-Mardawi dalam kitab al-Inshaf.

Diantara mereka seperti Ibnu Qudamah menjelaskan bahwa jika isbal disertai kesombongan maka hukumnya haram, jika tidak diserati kesombongan maka hukumnya makruh. [] @AHU.

*** ***

Sampangan Lor, 
Sabtu, 13 Ramdhan 1437 H / 18 Juni 2016 M.

*) Penulis adalah Pengajar Ushul Fiqh di  PPTM (Pondok Pesantren Mahasiswa Taqwinul Muballighin).


Posting Komentar

emo-but-icon

Follow Us

Hot in week

Recent

Comments

Side Ads

Text Widget

Connect Us

item