DERAJAT HADIS TUNTUTLAH ILMU WALAUPUN SAMPAI KE NEGERI CINA

Oleh : Ahmad Hasanuddin Umar *) HalaQah -  Terkait dengan pentingnya menuntut ilmu, banyak sekali hadis yang menjelaskannya. Tapi ...


Oleh : Ahmad Hasanuddin Umar *)

HalaQah - Terkait dengan pentingnya menuntut ilmu, banyak sekali hadis yang menjelaskannya. Tapi derajat hadisnya beragam ada yang shahih, ada yang dha'if (lemah), bahkan ada juga yang maudhu' (palsu), di samping itu ada pula yang derajatnya diperselisihkan oleh para ulama dari kalangan ahli hadis.

Diantara hadis yang berbicara dalam konteks menuntut ilmu adalah hadis berikut ini :

عن أنس بن مالك رضي الله عنه قال عن النبي صلى الله عليه وسلم : اطلبوا العلم ولو بالصين. (أخرجه ابن عدي والبيهقي في شعب الإيمان، وذكره الغزالي في الإحياء)


Artinya : Dari Anas bin Malik r.a, dari Nabi SAW : Tuntutlah (carilah) ilmu walaupun sampai ke negeri cina. ( HR. Ibnu Addiy, al-Baihaqi dalam kitab Syu'abul Iman, juga disebutkan oleh Imam al-Ghazali dalam kitab Ihyaa Uluumiddin)

LALU BAGAIMANA DENGAN DERAJAT HADIS INI… ???

Imam al-Iraqi dalam kitab al-Mughni 'an Hamlil Asfaar fii al-Asfaar ketika mentakhriij, atau menjelaskan derajat hadis-hadis yang ada dalam kitab Ihyaa Uluumiddin Imam al-Ghazali, memberikan penjelasan terkait dengan hadis diatas, dengan mengutip penjelasan al-Baihaqi, bahwa hadis tersebut matannya populer, tetapi sanadnya lemah (dha'if).

Sedang Imam al-Munaawi dalam Kitab Faidhul Qadir Syarh al-Jaami' as-Shaagir, dengan mengutip pendapat Ibnu Hibban mengatakan bahwa hadis tersebut adalah hadis yang tidak ada asalnya dari Nabi SAW, orang yang mengatakan ini adalah hadis hasan, maka pendapatnya adalah pendapat yang lemah.

Seorang perawi yang ada dalam rangkaian sanad hadis ini, yang bernama Abu Atikah yang konon mendapat riwayat dari Anas bin Malik adalah seorang yang dinilai oleh Imam adz-Dzahabi dalam kitab Mizaanul I'tidal sebagai orang yang berstatus munkarul hadis, hadis-hadis yang bersumber darinya adalah hadis lemah, dan para ulama berselisih pendapat mengenai namanya tapi semua ulama sepakat atas lemahnya Abu Atikah.

Bahkan Abul Faraaj Ibnu al-Jauzi dalam kitab al-Mudhu'aat menilainya sebagai hadis maudhu' alias hadis palsu. Syiekh Ismail al-Ajluni dalam kitab Kassful Khafaa wa Muzziilul Ilbaas 'ani Naas 'amma Istahara minal Ahadits 'alaa Alsinatin Nas, menyatakan bahwa mayoritas ulama dari kalangan ahli hadis menghukumi atau menilai hadis diatas sebagai hadis dha'if pada semua jalur periwayatannya.

SIAPA YANG MENG-HASAN-KAN…???

Jelas sudah bagaimana kedudukan hadis tentang tuntutlah ilmu walaupun sampai ke negeri Cina, menurut kebanyakan ulama, ada yang mendha'ifkan, dengan berbagai istilah, bahkan ada juga yang menyatakan palsu (maudhu').

Perlu diketahui bahwa sebuah hadis jika dilihat bisa diterima atau tidaknya terbagi ke dalam dua bagian, hadis yang bisa diterima ke hujjahan nya yang dalam ilmu hadis disebut ilmu hadis maqbul, dan hadis yang tertolak dijadikan hujjah (landasan) yang disebut dengan hadis mardud.

Hadis maqbul, ada dua macam yaitu hadis shahih dan hadis hasan, sedangkan hadis mardud secara umum juga ada dua yaitu hadis dha'if dan hadis maudhu', terkait dengan derajat hadis yang sedang kita bahas ini, ada juga ulama yang menilainya sebagai hadis hasan.

Masih menurut Syeikh Ismail al-Ajluni, dalam kitab Kasyful Khafaa…kecuali ada seorang ulama yang bernama a-Mizzi penyusun kitab Tahdziibul Kamaal fii Asmaair Rijaal, ia mengatakan bahwa hadis ini memiliki beberapa jalur periwayatan, mungkin saja dengan banyaknya jalan periwayatan tersebut, derajatnya naik menjadi hadis hasan. [] ©AHU

Sampangan Lor,
Sabtu, 18 Syawwal 1437 H / 23 Juli 2016 M.

*) Penulis adalah Pengajar di Ponpes Darul Mushlihin.

Posting Komentar

emo-but-icon

Follow Us

Hot in week

Recent

Comments

Side Ads

Text Widget

Connect Us

item