TIGA TANDA ORANG BERILMU ; Wasiat Khusus Nabi SAW Kepada Ali bin Abi Thalib

Oleh : Ahmad Hasanuddin Umar *) HalaQah - Setelah acara diruang teatrikal selesai, makan siang yang disediakan UIN SUKA pusat bah...


Oleh : Ahmad Hasanuddin Umar *)

HalaQah - Setelah acara diruang teatrikal selesai, makan siang yang disediakan UIN SUKA pusat bahasapun langsung saya santap dengan lahap, karena terasa cukup lapar, maklum ini hari pertama saya melakukan perjalanan dengan jarak tempuh cukup jauh dari rumah, sekitar 8,6 KM, setelah hampir seminggu lebih saya istirahat total karena sakit akibat kelelahan.

Selesai makan siang, saya langsung menuju ruang transit dosen untuk istirahat sejenak, setelah selasai shalat zhuhur, saya tidak bisa langsung pulang karena hujan cukup deras, sambil berbincang-bincang hingga rasa kantuk menghampiri sampai hujan reda, akhirnya saya putuskan untuk segera pulang kerumah.

Belum jauh perjalanan kerumah saya tempuh, hujan sudah turun kembali, akhirnya saya putuskan untuk mampir ke toko kitab favorit saya "BEIRUT" sambil nunggu hujan reda.

Sambil lihat-lihat barangkali ada kitab baru yang menarik, ada beberapa kitab yang saya tergoda untuk membelinya, kitab "Sirru ar-Ruh" karya al-Biqa'i, tapi sayang, uang didompet tidak cukup untuk dibelanjakan karena harganya cukup mahal dibanding uang yg tersedia dalam dompet tipis dikantong saya.

Akhirnya mata saya tertuju pada satu kitab tipis karya As-Sya'raniy, judulnya "al-Minahu As-Saniyah 'Ala al-Washiyah al-Matbuliyah".

Siapakah As-Sya'raniy penulis kitab "Al-Manhu As-Saniyah… " ini…? Nama lengkapnya Sayyidi Abdul Wahhaab bin Ahmad bin Ali bin Ahmad bin Muhammad bin Musa As-Sya'raniy. Beliau ini lahir pada tanggal 27 Ramadhan 898 H disalah satu perkampungan Qalqasynadah di wilayah Mesir, dan wafat di Kairo pada tahun 973 H, diusianya yang ke-75.

Beliau ini dikenal sebagai seorang ulama ahli fiqih, ahli ushul fiqh, ahli hadis, dan dikenal juga sebagai seorang sufi yang bermazhab pada thariqah As-Syadziliyah, sedangkan dalam fiqih beliau mengikuti mazhab As-Syafi'iy.

Banyak kitab yang sudah beliau tulis, selain kitab yang saya -alhamdulillah bisa membelinya hari ini- juga ada beberapa kitab lain yang sudah beliau tulis, diantaranya ; Irsyaadut Thaalibiin Ila Maraatibil Ulamaail Alamiin, Huququl Ukhuwwah fil Islam, al-Qawaid al-Kasyfiyah fis Sifaatil Ilaahiyah, Lawaqihul Anwar fii Thabaaqatil Akhyaar, dan beberapa kitab lainnya.

Jika kitab "Nahjul Balaghah" diklaim sebagai kitab yang berisi petuah-petuah atau nasehat-nasehat Ali bin Abi Thalib, maka kitab "al-Minahu As-Saniyah 'Ala al-Washiyah al-Matbuliyah" ini oleh As-Sya'raniy diklaim sebagai kitab syarh atas kitab "Washiyatul Musthafa Lil Imam Ali Karamallahu Wajhahu" yang berisi kumpulan petuah atau wasiat khusus Rasulullah SAW kepada Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu.

Kitab ini selain iftitah meliputi 15 pasal, yang terkait dengan wasiat Nabi SAW yang disampaikan khusus kepada anak mantunya, diantara pasal yang mendorong saya untuk membacanya adalah pasal yang diberi judul : fii 'alaamatil khairi, pada pasal ini Nabi SAW berwasiat kepada Ali bin Abi Thalib sebagai berikut ;

ياعلي للعالم ثلاث علامات : صدق الكلام، واجتناب الحرام و التواضع.

Artinya : "Wahai Ali orang yang berilmu itu ada tiga tandanya ; benar omongannya, menjauhi yang haram dan tawadhu (rendah hati)."

ياعلي للسعيد ثلاث علامات : قوت حلال، ومجالسة العلماء، والصلوات الخمس مع الإمام.

Artinya : "Wahai Ali orang yang bahagia itu ada tiga tandanya : makanannya halal, bergaul dengan para ulama dan shalat lima waktu -secara berjama'ah- bersama Imam."

Tapi ada satu kekurangan dari kitab ini yang penting untuk diperhatikan, yaitu miskin rujukan, alias tidak ada sumber rujukan yang jelas yang disebutkan oleh sipengarang, dari mana wasiat-wasiat Nabi SAW kepada Ali ini bersumber.

As-Sya'raniy selaku penulis kitab ini, setelah memulainya dengan muqaddimah singkat, beliau langsung menyebutkan wasiat Nabi SAW kepada Ali, meskipun demikian dalam kitab ini, kadang ketika menjelaskan beberapa wasiat Nabi SAW kepada Ali, beliau memperkuatnya dengan mengutip ayat al-Qur'an, atau dengan hadis Nabi SAW yang sayangnya juga tidak disebutkan sumbernya kecuali sebagian kecil saja, tapi jika hadis tersebut ada dalam kitab shahih Bukhari dan Muslim memang beliau menjelaskannya.

Salah satu contoh yang bisa saya sebutkan misalnya penjelasan tentang wasiat Nabi SAW kepada Ali bin Abi Thalib untuk tidak meninggalkan shalat malam, untuk memperkuat pentingnya kedudukan shalat malam ini bagi seorang muslim, maka As-Sya'raniy dalam penjelasannya mengutip hadis Nabi SAW tentang keutamaam shalat malam, yang beliau sebut berdasarkan hadis riwayat at-Tirmidzi dan at-Thabrani.

عَنْ أَبِي إِدْرِيسَ الْخَوْلَانِيِّ عَنْ بِلَالٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ عَلَيْكُمْ بِقِيَامِ اللَّيْلِ فَإِنَّهُ دَأَبُ الصَّالِحِينَ قَبْلَكُمْ وَإِنَّ قِيَامَ اللَّيْلِ قُرْبَةٌ إِلَى اللَّهِ وَمَنْهَاةٌ عَنْ الْإِثْمِ وَتَكْفِيرٌ لِلسَّيِّئَاتِ وَمَطْرَدَةٌ لِلدَّاءِ عَنْ الْجَسَدِ . (رواه الترمذي والطبراني)

Artinya : Dari Abu Idris Al Khaulani dari Bilal bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Hendaknya kalian melakukan shalat malam, karena shalat malam adalah hidangan orang-orang shalih sebelum kalian, dan sesungguhnya shalat malam itu bisa mendekatkan diri kepada Allah, serta menghalangi dari dosa, menghapus kesalahan, dan menolak penyakit dari badan." (HR. At-Tirmidzi dan At-Thabrani)

Hadis diatas oleh Imam at-Tirmidzi sendiri dinilai hadis gharib dan sanadnya tidak shahih, khusus dengan adanya tambahan kalimat terakhir yaitu ;

وَمَطْرَدَةٌ لِلدَّاءِ عَنْ الْجَسَد.

Artinya :… ,dan menolak penyakit dari badan.

Sedangkan jika dengan tanpa kalimat tersebut, maka imam At-Tirmidzi atau Abu Isa mengatakan bahwa hadis tersebut lebih shahih dibanding dengan yang ada tambahan "dan menolak penyakit dari badan".

*** ***

LITERATUR PENYEIMBANG

Keberadaan kitab "al-Minahu As-Saniyah 'Ala al-Washiyah al-Matbuliyah" karya As-Sya'raniy ini tentu bisa memperkaya literatur kita tentang bagaimana perhatian khusus Nabi SAW yang diberikan kepada Ali bin Abi Thalib, dalam bentuk wasiat yang kemudian di jelaskan oleh As-Sya'raniy dalam kitab yang sedang saya jelaskan ini.

Tetapi jika kita hanya bersandar kepada kitab ini dengan kelebihan dan kekurangannya, bisa jadi akan semakin memperkuat asumsi orang-orang Syi'ah tentang keunggulan Ali bi Abi Thalib, diatas sahabat-sahabat Nabi SAW yang lain.



Maka untuk literatur pembanding, supaya kita tidak kebablasan mengkultuskan Ali bin Abi Thalib, dan merendahkan sahabat-sahabat besar Nabi SAW yang lain, ada baiknya kita juga membaca kitab "Al-Mukhtashar Min Kitab al-Muwaafaqah Baina Ahlil Bait was Shahabah" karya Az-Zamakhsyariy. [] @AHU.



Sampangan Lor,
Rabu, 10 Rabiul Akhir 1437 M / 20 Januari 2016 M.

*) Penulis adalah Pengajar Bahasa Arab di P2B UIN Sunan Kalijaga.


Posting Komentar

emo-but-icon

Follow Us

Hot in week

Recent

Comments

Side Ads

Text Widget

Connect Us

item